HAI... gan
saya mau tanya, satelit yang menuju ke
planet saturnus misalnya, dimana perjalananya itu membutuhkan waktu
bertahun-tahun, bahan bakar apakah yang dipakai oleh satelit itu sehingg
tidak habis dalam perjalanan dengan tempo yang lama itu?
Bagaimana caranya sebuah satelit /
pesawat ruang angkasa berjalan ke sebuah planet yang jaraknya jauh dari
bumi, bahan bakar apa yang digunakan untuk mendorong pesawat tersebut ? bagaimana
pula cara dia bermanuver / berbelok diruang hampa ?. dan bagaimana pula
cara dia berkomunikasi / mengirim data ke bumi, apakah menggunakan
gelombang radio ? sedangkan kita tahu bahwa gelombang radio tidak
merambat diruang hampa.
Cara termudah untuk bergerak dari satu planet ke planet lainnya,
seperti yang dilakukan wahana antariksa pergi dari Bumi ke Mars adalah
dengan memanfaatkan gaya gravitasi Matahari.
Pertama-tama kita mengirim wahana tersebut ke luar Bumi dengan
menggunakan roket. Roket ini harus bertenaga besar (tergantung pada
beratnya wahana yang dibawa) karena harus melawan gaya gravitasi Bumi
dan juga gesekan dengan atmosfer Bumi pada tahap-tahap awal. Untuk
memudahkan roket mencapai antariksa, biasanya roket dibangun menjadi
beberapa tahap, dan tangki bahan bakar yang sudah kosong langsung
dibuang. Dengan cara ini beban yang dibawa menjadi semakin ringan
(Gambar 1).
Menghadapi gaya hambat atmosfer Bumi
Untuk mengatasi persoalan interaksi dengan atmosfer Bumi pada saat roket
melesat dari permukaan Bumi menuju antariksa, triknya dapat dipikirkan
dengan memahami gaya hambat (drag). Gaya hambat timbul apabila sebuah
benda padat bergerak mengarungi fluida. Atmosfer Bumi dapat dianggap
sebagai fluida, dan roket yang bergerak mengarungi atmosfer akan
mengalami gaya hambat yang arahnya berlawanan dengan arah gerak roket.
Besarnya gaya hambat ini berbanding lurus dengan kecepatan roket,
semakin cepat roket maka semakin besar gaya hambat roket. Trik untuk
menghadapi gaya hambat? Roketnya dipercepat perlahan-lahan, sehingga ia
bergerak pelan-pelan saja hingga mencapai lapisan atmosfer Bumi yang
teratas, di mana kerapatan atmosfer lebih renggang dan gaya hambat
akibatnya lebih rendah meskipun roket dikebut. Di lapisan teratas inilah
roket dikebut dengan hebatnya sehingga mencapai kecepatan yang
dibutuhkan untuk lolos dari tarikan gaya gravitasi Bumi.
Kita mungkin pernah mendengar bahwa sebuah objek harus mencapai
kecepatan 40 320 km/jam untuk bisa lepas dari tarikan gravitasi Bumi
(Angka ini disebut escape velocity atau bahasa kerennya kecepatan
lepas). Hal ini benar apabila kita berada di permukaan Bumi, namun
apabila kita sudah berada di lapisan atas atmosfer Bumi, kecepatan lepas
nilainya sedikit lebih kecil.
Bahan bakar roket untuk bisa lepas dari gaya tarik Bumi ada berbagai
variasi, tapi versi-versi awal roket yang dengan sukses membawa manusia
ke Bulan menggunakan minyak tanah yang dibakar dengan oksigen cair. Yap,
minyak tanah! Tentu bukan minyak tanah yang biasa dijual oleh
abang-abang tukang tambal ban, tapi minyak tanah yang sudah disuling
sehingga mencapai titik uap dan titik beku tertentu. Beberapa variasi
lain menggunakan hidrogen cair yang juga dinyalakan dengan oksigen cair.
Prinsip utama dari bahan bakar roket adalah ia harus mampu menghasilkan
reaksi kimia yang dapat menghasilkan gaya dorong yang mampu mengangkat
seluruh beban roket.
Navigasi antar-planet
Saat wahana sudah mencapai antariksa, selanjutnya wahana akan
menembakkan dorongan jet sehingga ia memperoleh kecepatan untuk bergerak
ke arah tertentu yang sudah diperhitungkan sebelumnya. Selanjutnya
gerakan roket murni berasal dari tarikan gaya gravitasi Matahari.
Artinya, sebenarnya wahana ini mengorbit Matahari dalam lintasan elips
(Gambar 2), sedemikian rupa sehingga lintasannya akan berdekatan dengan
Mars. Tentu untuk menghitung lintasan yang cocok kita perlu mengetahui
posisi Bumi sekarang dan juga posisi Mars di masa depan. Dengan
pemahaman mengenai Hukum gravitasi Newton hal ini bisa dihitung, dan
jadwal yang paling cocok untuk meluncurkan roket dapat ditentukan.
Ketapel Gravitasi
Apakah gerakan wahana antariksa dengan demikian sudah “paten” saat ia
diluncurkan menuju lintasannya (Gambar 2)? Artinya lintasan ini sudah
tidak bisa diganggu-gugat lagi? Pada prinsipnya tidak, dan pesawat masih
bisa bermanuver-ria ke arah lain maupun mengubah kecepatannya. Cara
paling efisien yang selama ini digunakan dan tidak perlu banyak
melibatkan sistem pendorong dari wahananya itu sendiri (karena kita tahu
mesin tambahan akan menambah beban bagi roket pada saat peluncuran dari
permukaan menuju antariksa) adalah—yak lagi-lagi—dengan menggunakan
energi dari gaya gravitasi objek lain yang dilewati wahana.
Saat wahana melewati sebuah planet, terjadi interaksi gravitasi
antara keduanya. Dari interaksi ini timbul perpindahan momentum dari
planet yang sedang bergerak ke wahana antariksa. Akibatnya, wahana
antariksa memperoleh tambahan energi dan dengan demikian kecepatannya
bertambah dan arah geraknya berubah (Gambar 3: Sebuah wahana yang
sedianya bergerak ke arah (1) dengan kecepatan vi, akan berubah arah menuju (2) dengan kecepatan vf, karena interaksi gravitasi antara wahana dengan sebuah planet).
Kedengarannya hal ini terdengar tidak masuk akal karena seharusnya
kecepatan wahana sebelum dan sesudah melintasi planet tidak berubah,
energi kinetik yang diperoleh pada saat wahana mendekat harusnya akan
menghilang saat wahana menjauhi planet. Hal ini benar dari sudut pandang
planet, namun kita tahu planet juga bergerak dengan kecepatan tertentu
relatif terhadap Matahari. Alhasil, apabila dilihat dari kerangka acuan
Matahari, ada transfer momentum dari planet ke wahana karena pergerakan
planet. Artinya sebenernya planet kehilangan energi geraknya untuk
dipindahkan ke wahana, namun kehilangan energi ini hanya sepersekian
puluh juta saja dari energi total planet, karena perbedaan massa antara
planet dengan wahana ya saaaaaaangat jauuuuh berbeda (massa wahana
kira-kira 1 ton = 1000 kilogram, sementara planet berkisar 1024 – 1027 kilogram).
Analogi sederhana dapat dibayangkan pada Gambar 4. Sebuah kereta
bergerak dengan kecepatan 50 mil per jam. Seorang bocah lalu melempar
sebuah bola tenis dengan kecepatan 30 mil per jam. Andaikan tumbukan
antara bola tenis dengan kereta adalah tumbukan elastis (tidak ada
energi yang hilang sebelum dan sesudah tumbukan), maka bola tenis akan
mendekati kereta dengan kecepatan 80 mil per jam dan akan memantul
kembali dari kereta juga dengan kecepatan 80 mil per jam…. ini dilihat
dari sudut pandang masinis kereta yang diam relatif terhadap kereta.
Namun, dari sudut pandang orang yang duduk-duduk saja di pinggir rel,
bola tenis akan melesat kembali dengan kecepatan 130 mil per jam. Bola
tenis memperoleh tambahan energi kinetik dari yang berasal dari energi
kinetik kereta.
Analogi ini tidak persis sempurna karena kita tahu wahana sama sekali
tidak menyentuh planet, dan perpindahan momentum terjadi melalui
interaksi gravitasi.
Hasil interaksi antara planet dengan wahana dapat berujung pada
dipercepatnya wahana, namun dapat pula memperlambat wahana. Ini
bergantung pada arah datangnya wahana relatif terhadap arah pergerakan
planet.
Interaksi yang memanfaatkan interaksi gravitasi antara planet dengan
wahana ini sering disebut dengan “ketapel gravitasi”, dan merupakan
mekanisme paling efektif untuk mengubah arah dan kecepatan gerak sebuah
wahana. Cara ini dengan sukses telah digunakan oleh Voyager 1 dan
Voyager 2, dua buah wahana antariksa yang dengan sukses memanfaatkan
gaya gravitasi Jupiter dan kemudian Saturnus untuk memperoleh kecepatan
tambahan yang memungkinkan mereka lolos dari tarikan gaya gravitasi
Matahari. Tentu untuk menjadwalkan saat yang paling tepat untuk
meluncurkan roket dibutuhkan pemahaman yang sangat baik mengenai orbit
Bumi, Jupiter, dan juga Saturnus, dan juga perhitungan yang matang.
Dengan kata lain, “bahan bakar” sebuah wahana antariksa untuk
mencapai planet-planet lain bukan hanya minyak tanah dan oksigen cair,
tetapi juga kopi dan ilmu fisika. Fisikawan yang spesialisasinya
astrodinamika dan ilmu hitung orbit dapat menghitung lintasan yang
paling cocok, namun tanpa asupan kopi di pagi hari terus terang mau
mikir jadi agak sulit tuh (bagi beberapa yang lain, rokok juga penting).
Komunikasi dengan Bumi
Gelombang radio dapat merambat di ruang hampa, karena gelombang radio
adalah gangguan pada medan elektromagnetik dalam frekuensi radio, dan
medan elektromagnetik ada di mana-mana di alam semesta. Komunikasi
antara ruang kendali di Bumi dengan wahana antariksa dilakukan dengan
frekuensi radio, namun karena jarak antara keduanya sangat jauh dan
kecepatan cahaya bergerak dengan kecepatan tidak tak terhingga (dalam
satu detik seberkas cahaya mampu menempuh jarak 300 000 kilometer), maka
sinyal radio dari Bumi butuh waktu untuk mencapai wahana di Mars, dan
demikian pula sebaliknya. Waktu tunggu sampai antara Bumi–Mars berkisar
antara 8.5 menit hingga 42 menit, bergantung pada jarak antara
Bumi–Mars.
JANGAN LUPA FOLLOW TWITTER SAYA https://twitter.com/Andika_reus
About Me
- Andika Ramadhani
Minggu, 08 September 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar